Popular Post

Archive for April 2017

Kebudayaan Bali


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya Bali adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh masyarakat Bali dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya memiliki sifat yang tidak kekal, seiring perkembangan jaman suatu dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh atau atau kemajuan ilmu dan teknologi.
A.  Budaya Bali yang Sudah Hilang
Adapun budaya Bali yang telah menghilang, antara lain sebagai berikut.
1.   Desain bangunan

Desain rumah masyarakat Bali seperti gambar diatas terlihat bahwa bentuk rumah yang sangat sederhana. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembutan rumah juga sangat sederhana. Bahan-bahan yang digunakan anatara lain tanah yang ditumpuk-tumpuk sehingga berwujud tembok dan atap rumahnya menggunakan rumput lalang atau daun kelapa. Tradisi rumah ini mulai ditinggalkan saat ada pengaruh dari luar dan pengaruh jaman dan teknologi seperti sekarang ini. Saat ini masyarakat khususnya di Bali menganggap bangunan seperti itu sudah "ketinggalan jaman". Masyarakat seolah-olah berlomba membuat bangunan rumah senyaman mungkin. Mengenai tata ruang bangunanpun saat ini sudah tidak diperhatikan lagi. Masyarakan sekreatif mungkin membuat bangunan yang menarik tanpa memperhatikan tata ruang yang biasa dibuat oleh masyarakat jaman dulu.



2.   Busana/Pakaian Masyarakat Bali 


Jaman dahulu, masyarakat Bali memiliki Budaya berbusana seperti gambar di atas. Hampir semua masyarakat bali hanya memakai busana pada bagian bawah saja, yaitu dari perut sampai ke kaki. Busana tersebut berbahan kain yang di pakai dan diikat dengan sebuah selendang sehingga berbentuk kamben. Sedangkan bagian atas, bisanya masyarakat Bali jarang menggunakan pakaian sehingga tubuh bagian atas tetap telanjang. Seiring kemajuan jaman dan teknologi, budaya berbusana ini ditinggalkan oleh masyarakat Bali. Saat ini masyarakat Bali sudah memakai busana tertutup, artinya masyarakat sudah memakai busana lengkap, baik bagian atas maupun bawah. Terlihat pada contoh berikut.


3.   Transportasi Gedebeg

Alat transportasi gedebeg merupakan sarana transportasi yang dimiliki oleh masyarakat Bali pada jaman dulu. Alat transportasi ini berbentuk gerobak, yang terbuat dari kayu yang dipergunakan untuk mengangkut barang, terbuat dari kayu yang berbentuk rumah kecil dan tenaga yang digunakan sebagai penarik transportasi ini adalah seekor kerbau. alat transportasi ini biasanya digunakan untuk mengankut hasil pertanian atau barang dagangan yang akan dibawa ke pasar. Seiring perkembanggan jaman dan teknologi alat transportasi ini sudah ditinggalkan karena kurang evisiensi waktu.
  
B.  Budaya Bali yang Sudah Rapuh
   Budaya Bali yang merapuh adalah budaya milik masyarakat Bali yang keberadaannya mulai ditinggalkan oleh masyarakat bali.
1. Subak di Bali

Subak Bali diputuskan menjadi Warisan Dunia oleh UNESCO pada Jumat, 29 Juni 2012. Akademisi Pertanian I Wayan Windia merupakan salah satu anggota komite yang mendorong adanya pengakuan sistem irigasi subak dari Bali. Subak dapat memertahankan nilai asli budaya masyarakat Bali dan tradisi kuno subak perlu dilestarikan. Subak tidak hanya berfungsi sebagai sistem irigasi, tapi juga merupakan bagian dari keyakinan rohani. Pengakuan dari UNESCO dapat mendorong pemerintah dan petani lokal untuk tetap menjaga dan memertahankan subak.
Ironisnya, setiap tahun sekira 1.000 hektare lahan pertanian di Bali telah diubah menjadi hotel dan rumah. Karena itu, perlu adanya perlindungan khusus dari pihak internasional agar subak tidak hilang begitu saja. Pariwisata di Bali sebenarnya bisa mengancam kelestarian subak. Pasalnya, adanya pengembangan wisata di sekitar subak membuat harga properti di sekitarnya naik sehingga petani harus membayar pajak mahal. Tradisi yang selama ini hidup dikhawatirkan juga hilang yaitu contohnya di Gunung Sari yang setiap tahunnya dilaksanakan ritual panen. Petani akan berkumpul untuk berdoa meminta keselamatan dan hasil panen yang baik. Bila Subak hilang, budaya Bali juga akan hilang. Subak sangat penting karena merupakan dasar dari budaya Bali.

2.  Permainan Tradisional Bali


Permainan Tradisional Bali sekarang jarang bisa kita temukan apalagi di daerah perkotaan, perkembangan tekhnologi yang pesat hampir menenggelamkan mereka. Ada puluhan bahkan ratusa permainan tradisional yang ada, orang tua juga seolah-olah tidak memperhatikan dan cenderung tidak mampu mengarahkan anak-anak mereka dalam melakukan permainan yang memang ternyata cukup susah, karena permainan tradisional lebih menonjolkan permainan berkelompok yang membutuhkan kekompakan dan kebersamaan dan secara tidak langsung mendidik anak itu lebih bisa mengenal lingkungannya yang majemuk, bergaul dengan tidak memandang status sosial dan kebersamaanya, kesetiakawanan dengan suasana ceria di lingkungan mereka.
Banyak permainan tradisional yang ada di Bali seperti; meong-meongan, megoak-goakana, metajog, nyen durine nyongkok, engkeb–engkeban, main gangsing, main tajog. Dengan perkembangan iptek yang pesat, anak-anak cenderung menggunakan tekhnologi yang ada seperti video games yang bisa dimainkan dari handphone, play station dan melalui internet. Mereka sepertinya lebih asik bermain alat tersebut, tidak lagi berinteraksi dengan lingkungan dengan teman sesamanya. Mereka hanya terfokus untuk menang mengumpat kalau kalah. Anak-anak sampai kecanduan dan tidak fokus belajar, apalagi permainan yang menggunakan handphone yang katanya ada ‘radiasi‘ yang bisa mempengaruhi sel-sel tubuh dan perkembangan otak, ini tentunya akan sangat berbahaya bagi perkembangan anak. Peran aktif orang tua sangat dibutuhkan dalam mengarahkan dan membimbing mereka.


3.     Alat pembajak sawah 

Keunikan Budaya Bali dan Pesatnya Pariwisata Bali kita tidak bisa terlepas dari sebuah dunia yang disebut Pertanian Bali. Pertanian di bali memiliki pertalian yang erat antara Budaya, Agama, Alam Bali dan Pariwisata di Bali. “metekap” adalah istilah orang Bali dalam  membajak sawah mereka, peralatan tradisional yang mereka pakai terdiri dari "UGA" ditaruh pada leher kedua ekor sapi yang kemudian di ikat pada "TENGALA" dan "LAMPIT" yang berfungsi untuk membajak sawah.
Seiring perkembangan jaman dan teknologi kegiatan “matekap” sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Bali, karena dengan kemajuan teknologi yang menghasilkan alat pembajak sawah yang disebut dengan “Traktor” telah menggantikan alat-alat tradisional Bali. Dengan “traktor” pekerjaan membajak sawah menjadi lebih mudah dan cepat. Dengan adanya alat moderen inilah masyarakat menjadi lebih dimannjakan, dan mulai meninggalkan budaya “matekap”.

C.  Budaya Bali yang Bertahan
Selain budaya yang menghilang dan merapuh, Bali juga masih memiliki budaya yang tetap bertahan hingga saat ini, antara lain sebagai berikut. 
1. Upacara Pengabenan
Pulau Bali yang juga dikenal sebagai “Pulau Seribu Pura” memiliki ritual khusus dalam memperlakukan leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal. Apabila di tempat lain orang yang meninggal umumnya dikubur, tidak demikian dengan masyarakat Hindu di Bali. Sebagaimana penganut Hindu di India, mereka akan menyelenggarakan upacara kremasi yang disebut Ngaben, yaitu ritual pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang meninggal.
Tradisi budaya ngaben ini merupakan warisan leluhur masyarakat Bali dan diteruskan secara turun temurun ke anak cucunya. Upacara pengabenan ini juga menjadi salah satu penarik wisatawan di Bali karena keunikan dan keseniannya.

2.  Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali. Budaya Ogoh-ogoh ini tetap bertahan hingga saat ini. Ogoh-ogoh ini kebudayaan yang menggambarkan kepribadian “Bhuta Kala” dan sudah menjadi ikon ritual yang secara tradisi sangat penting dalam penyambutan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka. Seluruh umat Hindu Dharma akan bersukaria menyambut kehadiran tahun baru itu dengan mengarak-arakan “ogoh-ogoh” yang dibarengi dengan perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan selama ini pada saat “Pangerupukan” atau sehari setelah menjelang Hari Raya Nyepi, peristiwa dan prosesinya setiap tahunnya sama yaitu pada setiap banjar membuat ogoh-ogoh.
Mengingat pentingnya Budaya ogoh-ogoh ini, sampai sekarang masih tetap bertahan dan lestari. Disamping itu dengan keberadaan arak-arakan “Ogoh-ogoh” yang sudah menjadi tradisi inilah yang menambah daya tarik wisata. Balipun memiliki budaya yang menjadi salah satu andalan kepariwisataan.

3.  Tradisi Omed-omedan
Tradisi omed-omedan merupakan warisan nenek moyang sejak dulu dan  dilakukan secara turun temurun. Dahulu, omed-omedan hanya dilakukan hanya dengan tarik-tarikan, perkembangan jaman yang pesat lalu berubah ada ciuman. Pada saat sedang berciuman, air diguyur agar peserta tidak kepanasan dan ciumannya tidak menjadi lebih lama. Tradisi omed-omedan ini, dilakukan oleh dua kelompok yakni muda dan mudi. Pemuda berdiri membentuk barisan ke belakang dan saling berpelukan pada pinggang orang yang di depan. Demikian pula dengan kelompok pemudi. Jumlahnya tidak dibatasi. Pada saat dikasih aba-aba maka kelompok dua kelompok ini saling tarik menarik ke belakang, bertumpuh pada kaki dengan lengan di pingggang. Orang yang mengambil posisi di depan harus mampu berjalan ke depan sementara yang lain menarik berlawanan ke belakang. Saat orang yang di depan berhasil maju ke depan bertemu, disaat itulah keduanya berpelukan dan berciuman.



Pesona Pulau Sumbawa


Tahukah Anda Pulau Sumbawa? Pasti dalam pikiran Anda hanya ada tentang Sumbawa sebagai penghasil susu kuda liar yang terkenal mahsyur dengan khasiatnya yang sering dibicarakan dibeberapa radio yang ada di Jogja. Selain itu, apakah yang Anda ketahui tentang Pulau Sumbawa? Jika tidak ada, maka penulis akan memberitahu Anda sedikit pengetahuan tentang Pulau sumbawa dan apa saja yang ada disana. Setuju?
Oke. Pertama penulis ingin memberitahu dimana letak dari Pulau Sumbawa itu.
Tahukah kalian pulau mana yang merupakan Pulau Sumbawa dari ribuan pulau yang ada di peta Indonesia ini





Pasti susah yaa nyari pulau sekecil itu di peta 
coba lihat yang ini




sudah ada sedikit pencerahan kan?
Pulau Sumbawa itu termasuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat, secara astronomis terletak di sebelah utara Laut Flores, di sebelah selatan Samudra Hindia / Indonesia, disebelah barat oleh Selat Alas dan sebelah timur oleh selat Sape. Untuk mempermudah, tahu kan Pulau Lombok? Itu tuh yang deketan dengan Pulau Bali. Nah, Pulau Sumbawa itu ada disebelah timur Pulau Lombok. Kalo dari Pulau Jawa sih cuma 3 kali nyeberang dengan kapal feri.  Perjalanan dari Jogja kesana kira- kira membutuh waktu kurang lebih 2 hari 2 malam.





*Pulau Sumbawa
Setelah tahu lokasinya, penulis mau menjelaskan sedikit tentang sejarah Pulau Sumbawa. Menurut kabar, dulu itu Sumbawa adalah daerah kerajaan. Kerajaan – kerajaan yang pernah ada di pulau Sumbawa adalah kerajaan Pekat dan Tambora, yang kemudian lenyap tanpa sisa akibat dari meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815. Bagaimana tidak langsung lenyap, letusan Gunung Tambora itu kan pecahkan rekor letusan gunung api paling dahsyat di dunia. Yang letusannya terdengar sampai ke Pulau Sumatera, dan abu serta debunya itu menutupi hampir seluruh bagian bumi, yang mengakibatkan perubahan iklim secara drastis. Hebatkan?
Nah, apakah sudah mulai penasaran dengan pulau yang satu ini? Pulau ini juga tidak kalah dibandingkan dengan pulau-pulau lain, seperti Pulau Bali yang mempunyai bahasa, kebudayaan unik dan tempat- tempat wisata yang indah. Pulau Sumbawa juga punya, meskipun belum terekspos seperti Pulau Bali.
Pulau Sumbawa itu terdapat 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Kali ini penulis akan lebih berkonsentrasi pada Kabupaten Sumbawa saja. Yaitu kabupaten yang berada ditengah-tengah antara Kabupaten Sumbawa Barat dengan Kabupaten Dompu.
Kabupaten Sumbawa itu sendiri lebih dikenal dengan sebutan “Tana Samawa” oleh masyarakatnya sendiri. Tana Samawa ini termasuk salah satu dari beberapa daerah yang memiliki kesultanan di Indonesia. Sultan Samawa saat ini adalah Sultan Muhammad Kaharuddin IV yang baru menjabat April 2011 kemarin. Sultan Sumbawa sebenarnya hanya di jadikan sebagai ikon Kesultanan Sumbawa untuk melestarikan kebudayaan asli Sumbawa itu sendiri. Karena saat ini sudah banyak kebudayaan asli Sumbawa yang mulai dilupakan akibat masuknya kebudayaan dari daerah lain. Padahal sebenarnya di Sumbawa itu kaya akan kebudayaan, sebut saja salah satunya tradisi pernikahan Tau Samawa yang terbilang unik.







*Raja Sumbawa beserta Istri.
Tradisi pernikahan masyarakat Sumbawa saat ini sudah mulai terkikis oleh kebudayaan lain. Padahal tradisi ini terbilang unik dengan beberapa prosesinya, yaitu di awali dengan acara “Bakatoan” (Lamaran) pihak laki-laki ke rumah orang tua pihak wanita. Setelah itu dilanjutkan dengan Upacara “Nyorong” (membawa seserahan). Di acara “Nyorong” ini pihak laki-laki membawa seserahan ke rumah pihak wanita sesuai dengan yang sudah ditetapkan dalam prosesi “Baseputis” yang biasanya dirangkaikan dengan acara “Rabalas Lawas” yang diiringi oleh alunan“Gong-Genang dan serunai”, yang kemudian diteruskan dengan prosesi “Baseputis”(Memutuskan). Dalam acara baseputis inilah ditentukan hari-hari baik untuk pelaksanaan episode-episode berikutnya dalam sebuah prosesi pernikahan masyarakat Sumbawa. Akhir dari semua proses itu adalah berlangsungnya ijab kobul yang setelah itu kedua  belah mempelai diarak keliling kampung dengan menggunakan “Jaran” (kuda).









*Acara Nyorong



















*Pengantin Sumbawa dengan baju adatnya ^^
Ada satu tradisi lagi yang tidak lengkap jika tidak penulis paparkan secara singkat, yaitu “Maen Jaran”. “Maen Jaran” (Pacuan Kuda) adalah salah satu tradisi yang  diadakan tiap tahun oleh masyarakat Sumbawa, biasanya berlangsung musim kemarau antara bulan Mei-Oktober selama 3-4 hari tergantung banyak pesertanya. “Maen Jaran” dalam masyarakat Sumbawa selain sebagai sebuah tradisi, juga sebagai salah satu cara untuk memperbaiki peternakan kuda. Misalnya dengan memelihara kuda dengan baik, memberi makan, memandikan, dll. Kuda dalam “Maen Jaran” dikendarai oleh seorang joki yang berusia 6-10 tahun. Joki yang memacu kuda tersebut tidak menggunakan alat pengamanan yang luar biasa, hanya seadanya saja. Lintasan yang digunakan disebut dengan “Kerato”.





*Maen Jaran
Selain memiliki tradisi dan kebudayaan yang menarik, Sumbawa juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Pulau Moyo. Pulau yang terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa ini adalah pulau kecil yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Yang disuguhi dengan keindahan pantai, laut dan alamnya, menawarkan ketenangan bagi penikmat keindahan alam bebas dan bawah laut. Pantas saja orang terkenal sekelas Putri Inggris Lady Diana mengunjungi Pulau Moyo, begitu  juga musisi rock dunia Mick Jagger. Jadi tidak diragukan lagi keindahan pulau ini. Dipulau ini pengunjung bisa snorkeling atau menyelam di taman laut dengan disuguhi pemandangan hamparan karang yang begitu indah, fasilitasnya juga sudah lengkap, mulau dari tempat penginapan hingga pos kesehatan. Tidak kalah deh jika dibandingkan dengan Pulau Bali.
  



*Pesona Pulau Moyo
Sekian dulu penjelasan penulis tentang Pulau Sumbawa, sejarahnya, kebudayaannya, sampe tempat wisata yang wajib dikunjungi. Semoga dengan artikel ini bisa menambah pengetahuan tentang salah satu daerah yang ada di Indonesia, yaitu Tana Samawa.

Oleh : Nayeng Githa Aiyodya Ayunda


- Copyright © AwEsOmE - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -