TEKNOLOGI UNTUK MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL INDONESIA
Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah oleh Allah SWT
berupa akal dan nafsu, akal dan nafsu inilah yang mendorong manusia untuk
menciptakan sesuatu yang dapat mewujudkan cita-cita atau
penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut manusia telah
menciptakan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana sehingga sejak
saat itu kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu sains, teknologi, dan seni
juga telah mempengaruhi peradapan manusia dalam kehidupannya terutama dalam
bidang budaya.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan seni diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap bidang-bidang lain, khususnya budaya
yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Pemanfaatan kemajuan teknologi, dan
seni secara baik haruslah diterapkan, sehingga dapat menjaga kelestarian budaya
bangsa.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Begitu
banyak kebudayaan di Indonesia yang memiliki keunik dilihat dari adat dan
tradisi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Bali merupakan salah satu tempat
tujuan wisata yang paling diminati di dunia, Bali menawarkan keindahan alam dan
kekayaan budaya. Banyak wisatawan asing atau pun
domestic datang bukan hanya untuk melihat keindahan alam
yang dimiliki Pulau Bali tetapi juga untuk melihat kebudayaan-kebudayaan unik
yang ada. Kebudayaan merupakan salah satu peninggalan nenek moyang yang harus
dijaga kelestariannya agar kebudayaan tersebut tetap utuh dan tentunya akan
membuat Bali tetap menjadi salah satu tempat wisata yang paling diminati
di dunia. Adanya perkembangan zaman dalam melestarikan budaya dapat
dilakukan dengan berbagai cara sesuai tuntutan zaman. Zaman globalisasi seperti
saat ini, dimana penggunaan teknologi sangat berperan dalam kehidupan
sehari-hari. Maka pemerintah atau pun para generasi muda yang ingin tetap
menjaga dan melestarikan kebudayaan di Bali memanfaatkan teknologi yang ada untuk
menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Bali. Sekarang ini sudah banyak
sekali website, blog, atau pun akun jejaring sosial yang digunakan untuk
mempromosikan atau memperkenalkan kebudayaan yang ada di Bali. Seperti halnya
sekarang ini pemerintah mengadakan festival kebudayaan seperti PKB (Pesta
Kesenian Bali) yang merupakan agenda rutin tahunan Pemerintah Provinsi Bali
yang dijadikan wadah aktivitas dan kreativitas para seniman dalam upaya ikut
mendukung program pemerintah dalam hal pelestarian dan pengembangan
nilai– nilai seni budaya yang adhiluhung.
Penggalian dan pengembangan berkesenian pada Pesta
Kesenian Bali, sebagai upaya untuk mengimbangi adanya distribusi budaya asing
sebagai akibat globalisasi menyeluruh, karena dengan adanya Pesta Kesenian Bali
dapat menuntun prilaku masyarakat dalam konteks berfikir, berkata dan berbuat
yang diimplementasikan dan diwujudkan dalam bentuk karya cipta seni budaya.
Festival-festival seperti ini dipromosikan melalui jejaring sosial yang memang
penggunaannya cepat dan murah. Acara-acara festival yang dipromosikan
menggunakan teknologi internet memiliki kelebihan seperti akan ada banyak orang
dari berbagai daerah, baik di dalam negeri atau pun diluar negeri yang akan
tahu tentang acara tersebut dalam waktu yang lumayan singkat. Sehingga ini akan
berdampak pada perolehan wisatawan dan pengunjung acara festival budaya
tersebut yang akan semakin banyak. Selain melalui internet promosi juga
dilakukan melalui media cetak, pemanfaatan teknologi desain grafis diperlukan
dalam membuat pamphlet, brosur, atau pun poster yang terlihat menarik
untuk mempromosikan kegiatan tersebut. Adanya hal itu kita bisa melihat
pemanfaatan teknologi dalam melestarikan budaya di Bali agar tidak tergerus
globalisasi melainkan kebudayaan tersebut dapat berkembang mengikuti perubahan
zaman tanpa mengubah keaslian budaya tersebut. Peran teknologi dalam
memperkenalkan budaya lokal atau pun untuk mempromosikan acara festival budaya
merupakan sedikit pengaruh era globalisasi yang dimanfaatkan secara positif
agar terjadi keselarasan antara
pemanfaatan teknologi yang semakin maju dengan pelestarian
kebudayaan yang dimilik.
By : Winisari
Kisah Lala Wangsasi (Legenda Sumbawa yang Terlupakan)
Kisah Lala Wangsasi
Dahulu kala, hiduplah seorang putri Raja Sumbawa yang
bernama Lala Wangsasi. Masyarakat desa Selesek sering memanggilnya dengan Lala
Wangsasi, sedangkan di Sumbawa dikenal dengan Lala Lawang Sasi. Suatu hari,
Lala Wangsasi dihadapkan dengan suatu cobaan, berupa ia dipaksa untuk menikah
dengan seorang bangsawan. Karena perjodohan yang tak diinginkan olehnya,
akhirnya Lala Wangsasi memilih untuk kabur dan meminta perlindungan ke desa
Selesek, Kecamatan Ropang. Lala Wangsasi tidak sembarang memilih desa Selesek
sebagai tempat pelariannya, sebab dahulu desa tersebut terkenal dengan warganya
yang memiliki ilmu yang tinggi. Waktu demi waktu berlalu, Lala Wangsasi menemui
ajalnya. Sebelum ia meninggal, ia sempat bersumpah bahwa “ Barang siapa yang
lewat atau melewati kuburannya, baik burung, manusia, pejabat, atau yang
lainnya. Tanpa permisi, akan sakit dan mati. Dan, memang benar. Beberapa tahun
yang lalu, ada rombang peneliti yang datang ke Selesek dan tak sengaja melewati
makam Lala Wangsasi dengan menggunakan helikopter. Tanpa diduga, helikopter
tersebut jatuh. Percaya atau tidak, kebenaran tentang keberadaan Lala Wangsasi
dahulu adalah benar.
Oleh :
Santya Kusuma Wardhani
ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUMBAWA
Teman- teman kali ini saya akan
mengenalkan tentang tata cara pernikahan masyarakat Sumbawa. Jadi simak
baik-baik setiap tulisan ini agar kita bisa melestarikan semua
tahapan-tahapannya.
Pernikahan adalah suatu yang sangat
sakral, karena merupakan Awal dari kehidupan baru manusia.
Dalam Al-Qur’an dan haditz juga di wajibkan bagi
sesorang yang sudah siap lahir dan batin untuk menikah untuk menyempurnakan
ibadahnya serta mengikuti Sunnah Rasul Allah. Pernikahan juga dikatakan sebagai
pembuka pintu rizki.
TAHAPAN TAHAPAN PADA PERNIKAHAN MASYARAKAT SUMBAWA:
1.
BAJAJAK
Bajajak adalah pertemuan dua keluarga, atau silahturahhmi
antar kedua keluarga. Dalam Bajajak ini lebih kepada perkenalan antar kedua
belah pihak keluarga. Dilakukan oleh laki-laki yang telah jatuh hati pada
seorang wanita. Yaitu laki – laki datang menemui pihak perempuan dengan maksud
ingin mengetahui apakah ada orang lain yang sudah meminang atau melamar si
perempuan atau tidak. Seandainya tidak ada maka pihak laki – laki akan
menyatakan maksud kalau mereka ingin melamar si perempuan untuk anak laki –
laki mereka. Bajajak juga bertujuan untuk mengetahui apa bakat atau keahlian si
perempuan atau untuk mengenal perempuan yang ingin dipinang lebih dekat lagi
2.
BAKATOAN
Bakatoan dalam bahasa Indonesia disebut juga melamar.
Bakatoan (Melamar) yaitu pihak laki – laki datang menemui pihak perempuan dan
membicarakan tentang pernikahan. Dalam adat masyarakat Sumbawa, saat proses
Bakatoan itu pihak laki – laki datang ke rumah pihak perempuan dengan membawa
SITO.
SITO adalah bungkusan segi empat yang diisi dengan kain
kebaya, dan uang seikhlasnya, kemudian bungkusan itu diletakan diatas piring
dan dibungkus dengan kain putih. Sito ini digunakan sebagai lambang diterima atau
tidaknya lamaran tersebut. Apabila Sito ini di terima maka lamaran diterima,
tapi apabila Sito ini dikembalikan maka Lamaran tersebut tidak diterima.
3. BASAPUTIS
Setelah lamaran diterima oleh pihak perempuan maka yang
dilakukan selanjutnya yaitu basaputis. Dimana dalam tahapan ini kedua belah
pihak membicarakan tentang berapa banyak barang – barang yang harus dipenuhi
oleh pihak laki – laki, proses ini lebih pada mufakat. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pihak wanita dalam pelaksanaan pernikahan karena sebagian besar
tahapan dalam pernikahan dilakukan oleh pihak wanita. Dan banyaknya barang
tersebut berdasarkan keputusan kedua belah pihak agar hajat pernikahan
tercapai.
4.
BADA
Pada Prosesi ini yaitu memberitahukan kepada calon mempelai
perempuan bahwa dia akan dinikahkan. Yang memberitahukan mempelai perempuan
dalam prosesi ini biasanya seorang yang berpengaruh pada lingkungan tersebut
(tokoh masyarakat). Proses bada’ ini dilakukan pada waktu subuh saat calon
mempelai wanita tidur, kemudian dibangunkan dan diberitahu bahwa dia akan di
nikahkan. Usai proses bada’ biasanya calon mempelai wanita menangis haru
mengingat akan berpisah dengan kedua orangtuanya dan memulai hidup yang baru
dengan calon mempelai pria.
Contoh kalimat pada proses bada’:
Man mo les tama bale…, apa ya kusabale saparah kau ke si A
anak si B (janganlah sering keluar masuk rumah/jalan-jalan …, karena kamu akan
saya jodohkan dan nikahkan kamu dengan si A anaknya si B)
Prosesi ini biasanya diiringi dengan Baguntung dan Bagenang.
Baguntung yaitu memukul Rantok (alat menumbuk padi tradisonal Sumbawa) menjadi
sebuah melodi yang indah.
5.
BASAMULA
Basamula yaitu proses mengawali pekerjaan, atau hajatan yang
dimaksud. Proses ini dilakukan dengan mengadakan Nuja Rame (menumbuk padi rame
- rame), dengan mengajak semua sanak saudara dan warga kampung yang perempuan.
Serta membuat atau memasak minyak Kelapa dengan syarat hanya 3 butir kelapa.
Pertanda sebagai awal mengawali semua kegiatan atau pekerjaan dalam hajatan.
6.
NYORONG
Nyorong yaitu prosesi dimana pihak laki –laki membawa
hantaran berupa apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Acara Nyorong
ini biasanya dilaksanakan dengan melakukan rabalas-lawas antara pihak pria dan
pihak wanita di depan pintu gerbang rumah calon mempelai wanita. Nyorong juga
diiringi dengan ratib rabana.
7.
SATOKAL
AI’
Yaitu Prosesi dimana dalam adat suku Sumbawa ada seorang
ketua ritual yang mengatur alat – alat ritual seperti : Telku Batu (kendi
batu), tebu, payung, pisang matang dan pisang mentah, Padi gutis, dll. Proses
ini juga diiringi oleh Bagenang, air yang ditaruh didalam kendi batu tsb
digunakan untuk memandikan mempelai dan mempelai dimandikan diatas TUTUK APIT
(bagian dari alat menenun).
8.
BAGENANG
Bagenang adalah memukul gendang (alat music yang dibuat dari
kulit sapi, kerbau, atau kulit kambing) yang dikombinasikan dengan gong dan
seruling menjadi sebuah nada dengan berbagai jenis seperti Serama, Pakan Jaran,
dll.
9.
BARODAK
(Luluran)
Barodak
atau luluran adalah salah satu prosesi atau ritual dalam pernikahan masyarakat
Sumbawa. Prosesi ini biasanya dilakukan 3 hari 3 malam sebelum akad nikah
dilaksanakan. Dimulai dari prosesi awal yang dinamakan Bajalok ( dilulurin oleh
7 Nyai ) dengan diiringin oleh genang, gong, seruling, dll. Dan proses
selanjutnya dilakukan oleh INA PANGANTAN (orang yang dipercaya untuk menanggung
jawab prosesi itu sampai akhir). Diakhir prosesi awal mempelai dikelilingi
dengan lilin lalu ditiup oleh mempelai sebagai lambang biar wajah mempelai
berseri – seri di hari pernikahannya. Setelah prosesi itu dilakukan prosesi
BADAIT. BADAIT yaitu menghilangkan bulu – bulu halus dari tubuh mempelai
sebagai tanda mempelai akan mengakhiri masa lajangnya.
1 AKAD NIKAH
Prosesi sakral dalam menuju kehidupan baru, dimana
Wali/orang tua menikahkan/menyerahkan putrinya kepada mempelai laki- laki
sebagai awal orang tua melepas putrinya untuk menjalani hidup baru. Prosesi
akad nikah ini dilakukan oleh mempelai laki-laki setelah sah baru mempelai
laki-laki dipertemukan dengan mempelai perempuan.
1 RESEPSI
Resepsi di lakukan setelah prosesi akad nikah. Resepsi ini
dilaksanakan bila kedua belah pihak sepakat tapi bila keadaan tidak
memungkinkan biasanya resepsi ini tidak dilaksanakan. Resepsi pernikahan
hanya berlambangkan untuk memeriahkan pernikahan dan sebagai wujud
pemberitahuan kepada masyarakat bahwa mereka telah menjadi suami istri.
Oleh
: AYU RIZKYCA AWALIA
Reog Ponorogo, Kebudayaan Dan Kesenian Asli Indonesia
Reog ponorogo merupakan salah satu seni tarian di
Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus di lestarikan. Reog ini merupakan
kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Memang budaya dan seni ini sering
dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis, oleh karenanya tak jarang sering
dihubungkan dengan dunia kekuatan spiritual bahkan dunia hitam.
Lepas dari hal itu, Reog
Ponorogo ini oleh masyarakat biasanya sering dipentaskan saat acara pernikahan,
khitanan, hari-hari besar nasional, dan juga festival tahunan yang diadakan
oleh pemerintah setempat. Festival yang diadakan oleh pemerintah tersebut
terdiri dari Festival Reog Mini Nasinonal, Festival Reog Nasional dan juga
pertunjukan pada bulan purnama yang bertempat di alun-alun ponorogo. Sedangkan
Festival Reog Nasional itu selalu diadakan saat akan memasuki bulan Maharam
atau yang sering dalam tradisi Jawa itu biasa di sebut dengan bulan Suro.
Pementasan reog ponorogo merupakan rangkaian dari acara Grebeg Suro atau juga
dalam rangka ulang tahun kota Ponorogo.
Dalam rangka menyambut tahun baru islam atau yang
sering dikenal dengan sebutan tanggal satu Suro, pemerintah kabupaten Ponorogo
mengadakan event budaya terbesar di Ponorogo yaitu Grebeg Suro. Saat Grebeg
Suro berlangsung, biasanya saat pementasan kesenian Reog Ponorogo itu selalu
dibanjiri penonton baik dari semua penjuru Ponorogo, bahkan karena pagelaran
kesenian ini bertaraf nasional, tak jarang wisatawan dari luar daerah Ponorogo
bahkan dari luar negeri pun turut hadir untuk melihat acara pagelaran kesenian
Reog Ponorogo ini. Hal inipun dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Ponorogo
sebagai salah satu senjata andalan untuk meningkatkan daya tarik wisata
Ponorogo itu sendiri.
Selain festival Grebeg Suro, Festival Reog Mini
tingkat nasional juga bisa menyedot antusias para wisatawan. Seluruh peserta
yang mengikutinya merupakan generisa muda, rata-rata mereka masih duduk
dibangku sekolah setingkat SD atau SMP. Salah satu tujuan dari festival Reog
Mini tingkat nasional adalah untuk tetap menjaga kesenian ini terus berlangsung
turun temurun, karena generasi muda inilah kelak yang akan meneruskan kesenian
Rog ini. Waktu pelaksanaan Festival Reog Mini ini pada bulan Agustus.
Sejarah Reog
Ponoro
Banyak cerita yang berbeda-beda akan sejarah Reog
Ponorog oitu hadir,salah satunya adalah
cerita tentang perjalanan seorang prabu Kelana Sewandanan yang sedang mencari
gadis pujaannya. Sang Prabu dalam perjalannya didampingi prajurit berkuda dan
patihnya yang setia menemani bernama Pujangganong. Akhirnya sang Prabu
menemukan pujaan hatinya, dan ia jatuh cinta kepada seorang putri Kediri yang
bernama Dewi Saanggalangit. Namun ternyata Dewi Sanggalangit ini mau menerima
Prabu dengan mengajukan satu syarat kepadanya. Tak lain ternyata syarat itu
adalah Sang Prabu harus menciptakan sebuah kesenian baru. Singkat cerita,
kesenian yang menjadi syarat itu dengan nama Reog yang didalamnya dimasukan
unsur mistis dan kekuatan spiritual.
Sampai Saat ini masyarakat Ponorogo terus mengikuti
dan menjaga warisan leluhur ini dengan sangat baik. Dalam perjalanannya Seni
reog adalah cipta kreasi manusia yang terbentuk dari adanya aliran kepercayaan
secara turun temurun dan masih terjaga keasliannya. Dalam pelaksanannya,
upacara sebelum melakukan Reog Ponorogo ini menggunakan syarat-syarat yang
tidak mudak dilakukan bagi orang awam. orang yang melakukan kesenaian inipun
harus memiliki garis keturunan parental yang jelas dan hukum adat yang masih
berlaku.
Tari Reog Ponorogo
Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rentetan dua
hingga tiga tarian pembukaan. Sekitar enam sampai sembilan pria gagah berani
yang memakai pakaian serba hitam dan mukanya dipoles warna merah membawakan
tarian pertamanya. Digambarkan para penari ini merupakan sosok singa yang
pemberani. Kemudian datang enam hingga sembilan gadis menaiki kuda melanjutkan
tarian Reog itu. Pada Reog tradisional, biasanya para penari ini diperankan
oleh penari lak-laki yang berpakaian seperti wanita. Sebagai tarian pembuka,
biasanya ada beberapa anak kecil yang membawakan tarian dengan adegan yang
sangat lucu. Nah, tarian yang dibawakan oleh anak-anak ini dikenal dengan
sebuatan Bujang ganong.Saat tarian pembuka sudah selesai, selanjutnya
dipentaskanlah adegan inti yang isinya adalah sesuai dengan kondisi dimana seni
reog itu ditampikan pada acara apa.
Apabila seroang pemain yang sedang tampil kelelahan,
biasanya dia digantikan oleh pemain yang lain. Namun dari itu semua, hal yang
terpenting juga adalah kepuasan yang bisa dirasakan oleh penonton itu sendiri.
Pada adegan terakhir dari pementasan seni ini adalah Singa Barong. Para pemain
menggunakan topeng yang berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari
bulu merak. Asal kamu tau saja, berat topeng itu bisa mencapai 50-60 kg. Topeng
itu mereka bawa dengan menggunakan giginya. kemampuan yang diluar nalar itu
mereka dapat dengan latihan yang berat, yang didalamnya juga terdapat latihan
spiritual seperti berpuasa dan tapa.
Oleh
: Arsyah kumalasari
Kebudayaan Bali
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Budaya Bali adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki oleh masyarakat Bali dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya memiliki sifat yang tidak kekal, seiring perkembangan jaman suatu dapat
berubah-ubah sesuai dengan pengaruh atau atau kemajuan ilmu dan teknologi.
A. Budaya
Bali yang Sudah Hilang
Adapun
budaya Bali yang telah menghilang, antara lain sebagai berikut.
1.
Desain
bangunan
Desain rumah masyarakat Bali seperti
gambar diatas terlihat bahwa bentuk rumah yang sangat sederhana. Bahan-bahan
yang digunakan dalam pembutan rumah juga sangat sederhana. Bahan-bahan yang
digunakan anatara lain tanah yang ditumpuk-tumpuk sehingga berwujud tembok dan
atap rumahnya menggunakan rumput lalang atau daun kelapa. Tradisi rumah ini mulai ditinggalkan
saat ada pengaruh dari luar dan pengaruh jaman dan teknologi seperti sekarang
ini. Saat ini masyarakat khususnya di Bali menganggap bangunan seperti itu
sudah "ketinggalan jaman". Masyarakat seolah-olah berlomba membuat
bangunan rumah senyaman mungkin. Mengenai tata ruang bangunanpun saat ini sudah
tidak diperhatikan lagi. Masyarakan sekreatif mungkin membuat bangunan yang
menarik tanpa memperhatikan tata ruang yang biasa dibuat oleh masyarakat jaman
dulu.
Jaman
dahulu, masyarakat Bali memiliki Budaya berbusana seperti gambar di atas.
Hampir semua masyarakat bali hanya memakai busana pada bagian bawah saja, yaitu
dari perut sampai ke kaki. Busana tersebut berbahan kain yang di pakai dan
diikat dengan sebuah selendang sehingga berbentuk kamben. Sedangkan bagian
atas, bisanya masyarakat Bali jarang menggunakan pakaian sehingga tubuh bagian
atas tetap telanjang. Seiring kemajuan jaman dan teknologi, budaya
berbusana ini ditinggalkan oleh masyarakat Bali. Saat ini masyarakat Bali sudah
memakai busana tertutup, artinya masyarakat sudah memakai busana lengkap, baik
bagian atas maupun bawah. Terlihat pada contoh berikut.
3.
Transportasi
Gedebeg
Alat
transportasi gedebeg merupakan sarana transportasi yang dimiliki oleh
masyarakat Bali pada jaman dulu. Alat transportasi ini berbentuk gerobak, yang
terbuat dari kayu yang dipergunakan untuk mengangkut barang, terbuat dari kayu
yang berbentuk rumah kecil dan tenaga yang digunakan sebagai penarik
transportasi ini adalah seekor kerbau. alat transportasi ini biasanya digunakan
untuk mengankut hasil pertanian atau barang dagangan yang akan dibawa ke pasar.
Seiring perkembanggan jaman dan teknologi alat transportasi ini sudah
ditinggalkan karena kurang evisiensi waktu.
B.
Budaya
Bali yang Sudah Rapuh
Budaya
Bali yang merapuh adalah budaya milik masyarakat Bali yang keberadaannya mulai
ditinggalkan oleh masyarakat bali.
Subak
Bali diputuskan menjadi Warisan Dunia oleh UNESCO pada Jumat, 29 Juni 2012.
Akademisi Pertanian I Wayan Windia merupakan salah satu anggota komite yang
mendorong adanya pengakuan sistem irigasi subak dari Bali. Subak dapat
memertahankan nilai asli budaya masyarakat Bali dan tradisi kuno subak perlu
dilestarikan. Subak tidak hanya berfungsi sebagai sistem irigasi, tapi juga
merupakan bagian dari keyakinan rohani. Pengakuan dari UNESCO dapat mendorong
pemerintah dan petani lokal untuk tetap menjaga dan memertahankan subak.
Ironisnya,
setiap tahun sekira 1.000 hektare lahan pertanian di Bali telah diubah menjadi
hotel dan rumah. Karena itu, perlu adanya perlindungan khusus dari pihak
internasional agar subak tidak hilang begitu saja. Pariwisata di Bali
sebenarnya bisa mengancam kelestarian subak. Pasalnya, adanya pengembangan
wisata di sekitar subak membuat harga properti di sekitarnya naik sehingga
petani harus membayar pajak mahal. Tradisi yang selama ini hidup dikhawatirkan
juga hilang yaitu contohnya di Gunung Sari yang setiap tahunnya dilaksanakan
ritual panen. Petani akan berkumpul untuk berdoa meminta keselamatan dan hasil
panen yang baik. Bila Subak hilang, budaya Bali juga akan hilang. Subak sangat
penting karena merupakan dasar dari budaya Bali.
2. Permainan Tradisional
Bali
Banyak
permainan tradisional yang ada di Bali seperti; meong-meongan, megoak-goakana,
metajog, nyen durine nyongkok, engkeb–engkeban, main gangsing, main tajog.
Dengan perkembangan iptek yang pesat, anak-anak cenderung menggunakan
tekhnologi yang ada seperti video games yang bisa dimainkan dari handphone,
play station dan melalui internet. Mereka sepertinya lebih asik bermain alat
tersebut, tidak lagi berinteraksi dengan lingkungan dengan teman sesamanya.
Mereka hanya terfokus untuk menang mengumpat kalau kalah. Anak-anak sampai
kecanduan dan tidak fokus belajar, apalagi permainan yang menggunakan handphone
yang katanya ada ‘radiasi‘ yang bisa mempengaruhi sel-sel tubuh dan
perkembangan otak, ini tentunya akan sangat berbahaya bagi perkembangan anak.
Peran aktif orang tua sangat dibutuhkan dalam mengarahkan dan membimbing
mereka.
3.
Alat
pembajak sawah
Keunikan
Budaya Bali dan Pesatnya Pariwisata Bali kita tidak bisa terlepas dari sebuah
dunia yang disebut Pertanian Bali. Pertanian di bali memiliki pertalian yang
erat antara Budaya, Agama, Alam Bali dan Pariwisata di Bali. “metekap” adalah
istilah orang Bali dalam membajak sawah mereka, peralatan tradisional
yang mereka pakai terdiri dari "UGA" ditaruh pada leher kedua ekor
sapi yang kemudian di ikat pada "TENGALA" dan "LAMPIT" yang
berfungsi untuk membajak sawah.
Seiring
perkembangan jaman dan teknologi kegiatan “matekap” sudah mulai ditinggalkan
oleh masyarakat Bali, karena dengan kemajuan teknologi yang menghasilkan alat
pembajak sawah yang disebut dengan “Traktor” telah menggantikan alat-alat
tradisional Bali. Dengan “traktor” pekerjaan membajak sawah menjadi lebih mudah
dan cepat. Dengan adanya alat moderen inilah masyarakat menjadi lebih
dimannjakan, dan mulai meninggalkan budaya “matekap”.
C.
Budaya
Bali yang Bertahan
Selain budaya yang menghilang dan
merapuh, Bali juga masih memiliki budaya yang tetap bertahan hingga saat ini,
antara lain sebagai berikut.
1. Upacara Pengabenan
Pulau Bali
yang juga dikenal sebagai “Pulau Seribu Pura” memiliki ritual khusus dalam
memperlakukan leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal. Apabila di
tempat lain orang yang meninggal umumnya dikubur, tidak demikian dengan
masyarakat Hindu di Bali. Sebagaimana penganut Hindu di India, mereka akan
menyelenggarakan upacara kremasi yang disebut Ngaben, yaitu ritual pembakaran
mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang meninggal.
Tradisi budaya ngaben ini merupakan
warisan leluhur masyarakat Bali dan diteruskan secara turun temurun ke anak
cucunya. Upacara pengabenan ini juga menjadi salah satu penarik wisatawan di
Bali karena keunikan dan keseniannya.
2. Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung
dalam kebudayaan Bali. Budaya Ogoh-ogoh ini tetap bertahan hingga saat ini.
Ogoh-ogoh ini kebudayaan yang menggambarkan kepribadian “Bhuta Kala” dan sudah
menjadi ikon ritual yang secara tradisi sangat penting dalam penyambutan Hari
Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka. Seluruh umat Hindu Dharma akan bersukaria
menyambut kehadiran tahun baru itu dengan mengarak-arakan “ogoh-ogoh” yang
dibarengi dengan perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan
selama ini pada saat “Pangerupukan” atau sehari setelah menjelang Hari
Raya Nyepi, peristiwa dan prosesinya setiap tahunnya sama yaitu pada setiap
banjar membuat ogoh-ogoh.
Mengingat pentingnya Budaya ogoh-ogoh
ini, sampai sekarang masih tetap bertahan dan lestari. Disamping itu dengan
keberadaan arak-arakan “Ogoh-ogoh” yang sudah menjadi tradisi inilah yang
menambah daya tarik wisata. Balipun memiliki budaya yang menjadi salah satu
andalan kepariwisataan.
3. Tradisi Omed-omedan
Tradisi omed-omedan merupakan warisan
nenek moyang sejak dulu dan dilakukan secara turun temurun. Dahulu,
omed-omedan hanya dilakukan hanya dengan tarik-tarikan, perkembangan jaman yang
pesat lalu berubah ada ciuman. Pada saat sedang berciuman, air diguyur agar
peserta tidak kepanasan dan ciumannya tidak menjadi lebih lama. Tradisi
omed-omedan ini, dilakukan oleh dua kelompok yakni muda dan mudi. Pemuda
berdiri membentuk barisan ke belakang dan saling berpelukan pada pinggang orang
yang di depan. Demikian pula dengan kelompok pemudi. Jumlahnya tidak dibatasi.
Pada saat dikasih aba-aba maka kelompok dua kelompok ini saling tarik menarik
ke belakang, bertumpuh pada kaki dengan lengan di pingggang. Orang yang
mengambil posisi di depan harus mampu berjalan ke depan sementara yang lain
menarik berlawanan ke belakang. Saat orang yang di depan berhasil maju ke depan
bertemu, disaat itulah keduanya berpelukan dan berciuman.